Featured

Brassocatanthe Yuan Nan Mini

Brassocatanthe Yuan Nan Mini

‘November Rain’ percis judul lagu Band Rock Gun’s n Roses di tahun ’90an. Tapi bukan karena judul lagunya, kondisi hujan hampir setiap hari memberikan dampak baik untuk anggrek dari kerabat Cattleya ini. Hampir dua tahun dirawat sedari ukuran Seedling, melalui musim kemarau yang panjang dan panas sebelumnya.

Brassocatanthe Yuan Nan Mini, bisa kita uraikan nama Genus dari berbagai spesies yang berbeda. ‘Brasso’ berasal dari Genus Brassavola salah satu induknya berasal dari Brassavola nodosa. ‘Cat’ merupakan potongan dari Genus Cattleya, yang menyumbang induk dari spesies Cattleya milleri dan Cattleya guttata. Sedangkan kata ‘anthe’ berasal dari potongan kata Guarianthe dengan spesies Guarianthe aurantiaca.

Masih dalam keluarga Cattleya, atau biasa dikenal dalam dunia peranggrekan Cattleya Alliance. Brassocatanthe Yuan Nan Mini di registrasi oleh V. Boonyuenvetwat tahun 2014 dalam catatan RHS (Royal Horticulture Society) London. Hingga tahun 2021 belum terdapat Progeny (keturunan) yang telah diregistrasi. Karakteristik dari anggrek ini mulai dari bunga multiflower berukuran diameter 6 cm dengan sepal dan petal meruncing di ujung membentuk bintang dengan warna kuning. Labellum dengan lebar 2,5 cm dengan titik-titik merah menyebar diatas warna dasar kuning hingga mendekati column. Daun berpasangan lancip dengan lebar 2 cm dan panjang bisa mencapai 19 cm berwarna hijau. Bulb berwarna hijau di balut selaput berwarna putih saat sudah kering. Tinggi tanaman sekitar 29 cm. Akar berwarna hijau diliputi selaput berwana putih. Untuk ukuran keluarga Cattleya termasuk anggrek mini.

Jenis ini menyukai akar terbuka dengan perawatan yang mudah. Di halaman kebun kami, anggrek ini ditanam dalam pot plastik berlubang berukuran 8 cm dengan gantungan kawat. Untuk media kami menggunakan campuran cacahan pakis + arang yang dipotong seukuran dadu. Untuk perawatan disimpan di bawah shading net berukuran 50cm tanpa atap, yang berarti ditempatkan langsung kena air hujan. Pemupukan dilakukan 1 minggu sekali untuk di musim hujan ini, sedangkan di saat musim kemarau pemupukan dilakukan 2 kali dalam seminggu. Intensitas penyiraman pada musim hujan tidak dilakukan, namun jika diperlukan penyiraman dilakukan 2 hari sekali saat kondisi media kering.

Ok.. sekian dulu ulasan dari kami LC Orchids Nursery & Laboratory, semoga bermanfaat.

Hobi Anggrek.. Edukasi untuk Pemula

Tepat hari Sabtu, 9 September 2021 di Jl. Cikampek 5 No. 39 Antapani Bandung halaman balkon tempat kami memelihara anggrek dikunjungi sekitar 12 orang anggota BTPAI Jawa Barat. Maksud kedatangannya adalah sharing dan memahami seluk beluk budidaya anggrek skala rumah dengan lahan terbatas.

Pertemuan ini telah berjalan selama 1 bulan, dilaksanakan setiap akhir pekan dan dibagi beberapa kelompok. Kelompok pertama membahas seputar : 1) Kenal anggrek dan jenisnya; 2) Tips & trik merawat anggrek di balkon; 3) Lingkungan tempat tumbuh (agroklimat); 4) Aklimatisasi bibit Anggrek dari botolan cara kering

Dari pertemuan pertama ini, dilanjutkan minggu berikutnya dengan peserta yang berbeda tetap dengan jumlah peserta kurang lebih 10-12 orang. Kali ini permasalah budidaya anggrek di para anggota yang menjadi pembahasan, antara lain : 1) mengenal dan merawat anggrek jenis Catasetum dan kerabatnya; 2) Menangani serangan hama kutu perisai dan kutu kebul (kapas) pada Cattleya; 3) Teknik penyiraman dan 4) Sterilisasi peralatan Anggrek (Gunting, dll.)

Antusias para penghobi Anggrek Kota Bandung menjadikan kami membuka kelas ketiga. Bahkan peserta ada yang dari luar Kota Bandung seperti Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat hingga Kabupaten Garut. Sesepuh BTPAI Jawa Barat Bapak Kusnadi di dampingi oleh Ketua BTPAI Jawa Barat Bapak Ishak mengapresiasi kegiatan sharing informasi budidaya anggrek bagi para anggotanya.

Di pertemuan ketiga yang dilaksanakan Sabtu ini. Bapak Kusnadi berpesan untuk tetap semangat dalam hobi memelihara anggrek baik untuk kawula muda dan anggota senior.

Para peserta antusian mengikuti kegiatan sharing budidaya anggrek skala rumahan
Teknik membersihkan anggrek Cattleya dr Kutu Persik & Kutu Kebul (Kapas)
Sesepuh BTPAI Jawa Barat Bapak Kusnadi (mengacungkan tangan) dan Bapak Ishak (kiri berkaos biru) beserta para anggota dr berbagai daerah

Seni Bertanam Anggrek

Hampir 3-4 tahun rasanya saya tidak aktif dalam menulis di Blog Anggrek ini. Seiring dengan penugasan yang tidak stay di satu tempat. Beberapa koleksi pun hancur berantakan, Laboratorium, kebun dan semua koleksi anggrek sudah tidak ada lagi.

Maaf jangan dijadikan sebagai demotifasi rekan-rekan pecinta anggrek. Dengan tulisan ni saya ingin memulainya kembali. Menggeluti hobby yang sejak SMA saya geluti. Tdak terbayang  20 tahun yang lalu saya hobby anggrek, menanamnya dan hanya sekedar menumbuhkan daunnya saja sudah cukup bahagia. Dan yang lebih bahgia adalah.. membahagiakan Ibu saya yg senang anggrek.

Ya.. dengan hanya waktu 3-4 tahun semua sirna. Dan ucapan maaf ini saya ucapkan pada konsumen, rekan penganggrek. Karena sampai saat ini nomer telepon ini masih juga berbunyi untuk menanyakan ‘ada stok anggrek apa..?’  Saya hanya bisa menjawab maaf sementara ini kami tidak berjualan anggrek karena rumah sekaligus kebun kami berserta lab nya sedang renovasi. Mudah-mudahan di tahun 2018 kami memulai kembali dengan dunia anggrek sebagai hobby yang mengasyikan.

Sebagai memory dan penyemangat untuk saya sendiri, berikut saya postingkan anggrek Dendrobium Kiki Hendarsyah (D. conanthum x D. nindii) yang pernah saya silangkan.

Dendrobium Kiki Hendarsyah
Dendrobium Kiki Hendarsyah ‘Blue’

Kondisi Anggrek di Musim Hujan

Aerides odorata kerabat Vanda yang dapat tumbuhn dengan baik saat musim hujan
Aerides odorata kerabat Vanda yang dapat tumbuhn dengan baik saat musim hujan

Memasuki bulan November di beberapa wilayah di Indonesia memasuki musim hujan. Untuk itu para penghobi harus mencermati perubahan iklim tersebut yang berhubungan secara langsung dengan Anggreknya. Beberapa jenis (Genus) anggrek dapat hidup dengan baik pada kondisi terkena air hujan. Seperti halnya Genus Vanda dan sejumlah kerabatnya. Vanda dapat sangat optimal pertumbuhannya saat musim hujan. Akar-akar baru akan bermunculan, dan terlihat gemuk dan segar. Dikarenakan akar Vanda yang lebih berfungsi sebagai akar Udara yang bergelantungan walaupun tanda media tanam.

Untuk genus Dendrobium khususnya dendrobium standar yang banyak beredar di Indonesia seperti tipe Keriting (Spatulata), tipe bulat (Phalaenanthae) dan tipe Intermediate yang merupakan persilangan keduanya dapat hidup dengan baik saat terkena air hujan langsung. Bulb (batangnya) akan nampak menggemuk daun pun berwarna hijau mengkilap, akar baru akan bermunculan. Namun perlu dicermati penggunaan media tanamnya. Jika media tanam menggunakan bahan yang mudah meloloskan air seperti arang kayu atau di tempel di batang kayu maka penyimpanan anggrek di hujankan secara langsung tidak terlalu bermasalah. Namun jika menggunakan media tanam yang mudah menyerap air maka harus dengan seksama diperhatikan. Karena air hujan yang terus menerus dapat membuat media tanam menjadi menjadi selalu basah dan memadat, sehingga aerasi udara dalam media menjadi berkurang. Sehingga akar baru tidak akan muncul, akar lama akan membusuk dan mempengaruhi pembusukan bulb dan menyebabkan kematian. Media tanam yang mudah menyimpan air antara lain pakis, serabut kelapa, ijuk, Sphagnum moss, akar kadaka, dan humus kaliandra.

D. Ricky Sie-Ahulani Hinojosa x D. Doctor Jamillah Ariffin
D. Ricky Sie-Ahulani Hinojosa x D. Doctor Jamillah Ariffin

Solusinya adalah 1) menggunakan media tanam kombinasi antara media arang kayu dan salah satu dari media yang dapat menyimpan air; 2) menyimpan anggrek saat hujan ke tempat yang tidak terkena cipratan air hujan jika media masih basah; 3) tidak melakukan penyiraman saat media masih basah; 4) lakukan usaha terakhir dengan penyemprotan fungisida (anti jamur) secara teratur pada tanaman anggrek kita.

Selamat berkebun, salam anggrek.

Bijak Membeli Anggrek

Cym. Chen's Ruby
Cym. Chen’s Ruby termasuk genus Cymbidium yang dapat tumbuh dan berbunga di dataran medium tidak seperti kebanyakan Cymbidium yang dapat berbunga di dataran tinggi

Kegemaran pada anggrek dan informasi yang kurang terhadap cara merawatnya, akan membuat bingung dalam merawat anggrek. Akhirnya ‘kapok’ membeli anggrek. Hal ini juga pernah di alami oleh setiap orang yang masih awam memulai hobby tanaman epifit ini. Berbeda halnya jika kita hanya menikmati bunganya saja, setelah layu bisa saja kita abaikan bahkan mungkin tanamannya di buang ke tong sampah. Namun tidak demikian bagi penggemar tanaman, sekalipun sudah tidak berbunga, akan di rawat agar berbunga kembali.

Sedikit tips untuk penghobi anggrek yang baru mulai dalam memilih anggrek, sehingga lebih bijak dalam membelinya:

1. Sesuaikan anggrek yang kita beli dengan tempat tinggal kita, pastikan anggrek tersebut sesuai dengan di mana kita tinggal, di daerah dataran rendah atau pesisir yang panas, daerah dataran sedang yang sejuk atau daerah dataran tinggi yang relatif dingin;

2. Pastikan cahaya matahari yang dibutuhkan oleh anggrek tersebut, apakah cocok di bawah terik matahari, atau harus ternaungi, baik oleh kanopi, pohon atau dinding rumah, Hal ini akan menentukan kerajinan berbunga;

3. Tetap beri asupan nutrisi anggrek yang telah kita beli, jangan sampai kita lupa untuk memberi pupuk dan menyiram anggrek, walaupun masih berbunga;

4. Pastikan umur muncul berbunga kembali, karena tidak semua jenis anggrek tidak bisa langsung berbunga kembali setelah selesai berbunga, bahkan beberapa jenis anggrek akan istirahat (dorman) dengan waktu yang tidak sebentar;

5. Cari informasi baik dari buku, kawan, komunitas atau pun media elektronik lainnya untuk mengetahui dan menambah informasi seputar anggrek.

Sekian sedikit tips yang dapat kami informasikan, jika ada pertanyaan silakan untuk menghubungi kami atau memberikan komentar terhadap tulisan ini. Salam Anggrek.

Konservasi Anggrek*

Paphiopedillum lowii
Paphiopedillum lowii

Anggrek lebih dikenal sebagai tanaman hias eksotik yang keberadaannya tersebar luas di hutan dataran tinggi hingga kawasan landai di pesisir pantai. Anggrek spesies yang tumbuh di habitat aslinya semakin hari terancam keberadaannya. Ancaman tersebut dapat berupa alih fungsi hutan menjadi areal perkebunan, industri, pertambangan dan perumahan selain ekploitasi yang berlebihan. Namun ada faktor yang tidak bisa dikendalikan oleh manusia dalam penanganannya, yaitu ancaman dari bencana alam.

Indonesia yang sebagian wilayahnya dikelilingi oleh pantai dan pegunungan dan terletak di antara dua lepeng tektonik tidak menutup kemungkinan mengalami berbagai macam bencana alam. Seperti Gunung meletus, gempa bumi yang kadang disertai dengan Tsunami, pergeseran tanah yang mengakibatkan erupsi atau longsor. Pada tahun 2010 telah terjadi berbagai bencana alam seperti Tsunami di Mentawai, tanah longsor disertai dengan banjir bandang di Wasior Papua, dan meletusnya Gunung Merapi di Yogyakarta dan Jawa Tengah dan Gunung Bromo di Jawa Timur.

Terjadinya bencana alam tersebut dapat mengancam keberadaan anggrek di habitat aslinya. Ancaman tersebut sangat serius karena dampak kerusakannya dengan cepat dan dalam areal yang sangat luas. Sehingga perlu adanya langkah strategis untuk menanggulangi dan mengurangi dampak kerusakan anggrek di alam akibat bencana alam.

KONSERVASI IN SITU DAN EX SITU

Konservasi anggrek in situ di alamnya dalam bentuk hutan lindung dan hutan konservasi terus di lakukan. Selain itu konservasi anggrek ex situ di luar kawasan harus pula dikembangkan karena dapat dijadikan back up dari habitat di alamnya. Bayangkan oleh kita jika saja konservasi in situ yang selama ini telah dilakukan di kawasan hutan Gunung Merapi dengan sekejap hancur akibat erupsi gunung tersebut. Oleh karena itu penting diusahakan konservasi ex situ di luar kawasan. Tentunya harus didukung oleh informasi kesesuain tempat tumbuh anggrek tersebut.

Upaya pemerintah selama ini memberikan tanggung jawab identifikasi, eksplorasi, koleksi, dan konservasi di pundak balai penelitian pemerintah dengan unit pelaksananya. Keberadaannya sangat nyata dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan khususnya anggrek. Seperti  Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi, dan Kebun Raya Eka Karya di Bali. Kegiatan pelestarian anggrek di lingkup institusi merupakan bagian dari koleksi spesies tanaman dari berbagai wilayah di Indonesia dalam bentuk kebun raya, cagar alam, kebun koleksi spesies, kebun koleksi plasma nutfah, dan Arboretum.

Konservasi ex situ dapat pula dilakukan oleh univeritas dengan lembaga atau organisasi yang terkait. Laboratorium, Green House dan instalasi konservasi yang dimiliki oleh institusi tersebut setidaknya harus berjauhan dengan kawasan konservasi in situ yang rawan bencana alam. Hal tersebut untuk mengindari dampak yang sama dari kerusakan bencana alam. Sebut saja usaha perbanyakan spesies anggrek dengan perbanyakan melalui kultur in vitro. Dari satu buah anggrek dapat dihasilkan beribu-ribu bibit yang tumbuh dalam media khusus. Selain itu konservasi dengan teknik cryopreservation, di mana organ tanaman dalam bentuk polen, biji anggrek dapat dibekukan dalam suhu dan ruang tertentu. Kegiatan konservasi tersebut sangat mungkin dilakukan oleh universitas.

Peran universitas yang salah satu fungsinya pengabdian pada masyarakat dapat ikut serta dalam upaya pelestarian dan konservasi anggrek di habitatnya. Konservasi bukan hanya menjadi obyek penelitian dan upaya pelestarian saja. Namun di tangan para peneliti di universitas penyebaran informasi kepada masyarakat dalam bentuk penyuluhan, desa binaan, kerjasama pengabdian masyarakat  dapat dicapai. Selain itu aspek pemanfaatan potensi dan pengembangan anggrek untuk mencegah kepunahan, dan meningkatkan nilai ekonomis tanpa bertentangan dengan tujuan konservasi terlaksana dengan sinergis.

MASYARAKAT DAN KONSERVASI

Bulbophyllum carunculatum
Bulbophyllum carunculatum

Upaya konservasi anggrek dapat pula mengikut sertakan organisasi peranggrekan yang ada, pecinta dan hobiis anggrek dan pengusaha anggrek dalam hal ini dapat dikatakan sebagai masyarakat yang peduli anggrek. Tidak menutup kemungkinan peran serta mereka dapat disinergikan. Hanya tinggal bagaimana sinergi tersebut saling menguntungkan dan mendukung dari program konservasi anggrek.

Selama ini masyarakat kurang dapat merasakan secara langsung manfat dari konservasi anggrek, khususnya masyarakat yang tinggal di wilayah hutan. Sehingga perambahan anggrek yang memiliki nilai ekonomis tinggi membuat masyarakat di sekitar hutan mencari dan menjualnya. Berbeda halnya jika saja ada pemahaman yang baik terhadap permasalahan konservasi di tengah masyarakat.

Tentunya masyarakat yang memiliki informasi tentang konservasi dan memanfaatkan anggrek tersebut tidak menjadi kambing hitam dari terancamnya keberadaan anggrek.

Dapat diambil contoh apa yang telah dilakukan oleh masyarakat di sekitar hutan Wonosadi (MOI Edisi lalu) selain kearifan lokal yang ada di lingkungan masyarakat, mereka pun dapat memanfaatkan potensi hutan yang ada untuk keberlangsungan hidup sehari-hari. Maka permasalahan konservasi anggrek di lingkungan hutan Wonosadi dapat teratasi dengan adanya pemahaman pentingnya menjaga kelestarian anggrek namun dari sisi ekonomi pun dapat tercapai.

Coelogyne pandurata
Coelogyne pandurata

Kesadaran konservasi anggrek di masyarakat harus didukung oleh segenap pihak. Institusi penelitian dan pendidikan dapat memberikan informasi kepada masyarakat. Selain itu para stake holder yang dalam hal ini konsumen, pengusaha, petani dan hobiis anggrek dapat berkontribusi dalam usaha konservasi. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa stake holder ini lah anggrek menjadi bernilai ekonomis. Program konservasi yang dilakukan oleh institusi pemerintah dan univeristas harus dapat menyentuh dan mengikutsertakan masyarakat di sekitar hutan.

*) Tulisan ini pernah di muat di Majalah Orchid Indonesia

Dendrobium Kila Blue …

Dendrobium Kila Blue
Dendrobium Kila Blue

Anggrek Dendrobium Kila Blue merupakan jenis anggrek epifit yang masih merupakan Primary Hibrids. Silangan dari Dendrobium nindii x Dendrobium williamsianum, diregistrasi oleh Limberlost’s pada tahun 1967. Sampai dengan tahun 2006 hanya tercatat satu kali persilangan yang merupakan keturunan pertama dari Dendrobium Kila Blue x Dendrobium phalaenopsis = Dendrobium Hartley’s Blue yang juga diregistrasi oleh Limberlot’s pada tahun 1971. Sangat sedikit informasi mengenai persilangan dari Primary Hibrids ini.

Dendrobium williamsianum
Dendrobium williamsianum

Sekilas memang tampak tidak terlalu menarik dan eksotik hasil persilangan tersebut. Dendrobium nindii yang merupakan salah satu tetuanya merupakan jenis anggrek Dendrobium dari section Spatulata yang tentunya memiliki ciri khas petal melintir (tanduk) atau dalam bahasa Inggris disebut Antelope Type. Sedangkan Dendrobium williamsianum masuk ke dalam section Phalaenanthe yang berbentuk bulat. Sehingga dimungkinkan Dendrobium Kila Blue memiliki bentuk dari perpaduan kedua induknya yaitu semi melintir atau bahkan berbentuk intermediate.

Namun anggrek ini dapat dijadikan sebagai batu loncatan atau induk selanjutnya yang memiliki potensi yang belum tergali. Kedua spesies induknya memiliki warna biru yang eksotis dan jarang dimiliki oleh anggrek dalam genus Dendrobium. Selain itu Dendrobium Kila Blue juga sangat kuat memiliki warna labellum biru selain berbentuk lebar. Selanjutnya tergantung kita akan mengkreasikan silangan berikutnya untuk membentuk dan mewarnainya. Selamat mencoba.

Dendrobium Eddy Djaya Remadja …

Dendrobium Eddy Djaya Remadja
Dendrobium Eddy Djaya Remadja

Ada yang terpuaskan saat kita memiliki anggrek koleksi yang telah lama menjadi incaran. Sehingga terasa lengkap koleksi anggrek di kebun kita. Salah satu anggrek kuno yang layak dikoleksi adalah Dendrobium Eddy Djaya Remadja. Hibrida ini merupakan silangan dari penganggrek senior Indonesia yaitu Atmo Kolopaking hasil dari silangan Dendrobium Metasari Mustika x Dendrobium superbum (Syn. anosmum) yang diregistrasi pada tahun 1975. Silangan asli dalam negeri yang sangat di nanti munculnya bunga.

Dendrobium macrophyllum
Dendrobium macrophyllum

Membicarakan hibrida (Primary Hybrids) ini tidak terlepas dari Dendrobium spesies yang menyumbangkan sumber gen-nya sebagai tetua. Spesies tersebut antara lain : D. veratrifolium (Syn. lineale) x D. schroederianum (Syn. phalaenopsis var. schroederianum menurut http://www.orchidspecies.com) = D. Lousiae. Pada generasi persilangan kedua D. Lousiae x D. phalaenopsis = D. Anita. Pada generasi selanjutnya yaitu generasi ketiga D. Anita x D. macrophyllum = D. Meta Sari Mustika, dan terakhir D. Meta Sari Mustika x D. anosmum = D. Eddy Djaya Remadja.

Dari hibrida ini tampak spesies yang melandasi terbentuknya D. Eddy Djaya Remadja. Spesies tersebut antara lain D. veratrifolium dari Seksi Spatulata, D. schroederianum Syn. phalaenopsis dan D. phalaenopsis dari Seksi Phalaenanthe, D. macrophyllum dari Seksi Latourea, dan D. anosmum dari Seksi Dendrobium.